Kehilangan
dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat universal
dan unik secara individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Duka cita adalah respons alamiah terhadap kehilangan. Kehilangan
dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan kehidupan
kita sehari-hari (Potter&perry, 2005)
Kehilangan
karena kematian merupakan suatu keadaan pikiran, perasaan, dan aktivitas yang
mengikuti kehilangan. Keadaan ini mencakup dukacita dan berkabung. Menurut
Rando (1991) dalam Potter&Perry (2005) Dukacita adalah proses mengalami
reaksi psikologis, sosial, dan fisik terhadap kehilangan yang dipersepsikan. Respons
ini termasuk keputusasaan, kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa
bersalah, dan marah. Berkabung adalah proses yang mengikuti suatu kehilangan
dan mencakup berupaya untuk melewati dukacita. Proses dukacita dan berkabung
bersifat mendalam, internal, menyedihkan, dan berkepanjangan.
Dukacita mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku. Tujuan dukacita itu sendiri untuk mencapai fungsi yang lebih efektif dengan mengintegrasikan kehilangan ke dalam pengalaman hidup seorang individu. Pencapaian ini tentu membutuhkan waktu dan upaya. Setiap individu memiliki strategi yang berbeda dalam menghadapi dukacita, seperti yang dikemukakan Harper (1987) dalam Potter&Perry (2005) merancang sebuah tugas dalam strategi menghadapi dukacita dengan akronim “TEAR” yang artinya :
Dukacita mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku. Tujuan dukacita itu sendiri untuk mencapai fungsi yang lebih efektif dengan mengintegrasikan kehilangan ke dalam pengalaman hidup seorang individu. Pencapaian ini tentu membutuhkan waktu dan upaya. Setiap individu memiliki strategi yang berbeda dalam menghadapi dukacita, seperti yang dikemukakan Harper (1987) dalam Potter&Perry (2005) merancang sebuah tugas dalam strategi menghadapi dukacita dengan akronim “TEAR” yang artinya :
- T- Untuk menerima realitas dan kehilangan
- E- Mengalami kepedihan akibat kehilangan
- A- Menyesuaikan lingkungan yang tidak lagi mencakup orang, benda, atau aspek diri yang hilang
- R- Memberdayakan kembali energi emosional ke dalam hubungan yang baru
Respons
Dukacita Khusus: Dukacita adaptif dan terselubung
Dukacita
adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi, perencanaan, dan
pengenalan psikososial. Sedangkan dukacita terselubung terjadi ketika seseorang
mengalami kehilangan yang tidak atau tidak dapat dikenali, rasa berkabung yang
luas, atau didukung secara sosial (Potter&Perry, 2005).
Dukacita
sebenarnya respons normal terhadap setiap kehilangan. Konsep dan teori berduka
hanya cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional seorang
individu agar dapat merencanakan intervensi untuk menghadapi dukacita. Ada
beberapa teori berduka diantaranya :
Teori Engel
Engel (1964)
dalam Potter&Perry (2005) mengajukan bahwa proses berduka mempunyai tiga
fase yang dapat diterapkan pada seorang individu yang berduka dan menjelang
kematian.
- Fase pertama individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri, menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat mencakup pingsan, berkeringat. Mual, diare, frekuensi jantung cepat, gelisah, insomnia, dan keletihan.
- Fase kedua adalah individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin mengalami keputusasaan. Secara mendadak terjadi marah, rasa bersalah, frustasi, depresi, dan kehampaan. Menangis merupakan salah satu bentuk khas adanya penerimaan dari suatu kehilangan.
- Fase ketiga, dikenali realitas kehilangan. Mulai mengenali hidup, bangkit dari rasa kehilangan dan berkembang kesadaran diri.
Teori
Kubler-Ross
- Teori ini berfokus pada perilaku dan mencakup lima tahapan di antaranya :
- Tahap menyangkal individu bertindak seperti tidak terjadi sesuatu dan menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilngan.
- Tahap marah individu melawan kehilangan dan dapat bertindak pada seseorang dan segala sesuatu di lingkungan sekitarnya.
- Tahap tawar menawar terdapat penundaan realitas kehilangan.
- Tahap depresi terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilngan tersebut timbul. Pada tahap ini ada upaya untuk melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
- Tahap kelima dicapai suatu penerimaan.
Fase berduka
Rando
- Penghindaran, di mana terjadi syok, menyangkal dan ketidakpercayaan.
- Konfrontasi, di mana terjadi luapan emosi yang sangat tinggi.
- Akomodasi, secara bertahap terdapat penurunan kedukaan dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari.
Perbandingan
Tiga Teori Proses Berduka
Engel
(1964)
|
Kubler-Ross
(1969)
|
Rando
(1991)
|
Syok dan
tidak percaya
|
Menyangkal
Marah
Tawar
menawar
|
Penghindaran
|
Mengembangkan
kesadaran
|
Depresi
|
Konfrontasi
|
Mengenali
dan restitusi
|
Penerimaan
|
Akomodasi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar